Kamis, 14 Oktober 2010

perncannan dan strategi pembelajaran

Bab I
Pendahuluan
Mengajar merupakan suatu kegiatan yang sangat memerlukan keterampilan propesional dan banyak sekali dari apa yang harus dikerjakan oleh guru dan instruktur baik di dalam maupun di luar kelas melibatkan pengambilan berbagai keputusan.
Dari masa lampau, banyak dari keputusan-keputusan ini diambil hanya berdasarkan pemikiran ala kadarnya saja dari waktu ke waktu. Pendekatan seperti ini untuk masa sekarang ini tidak mungkin lagi dapat dilakukan. Pentingnya pengambilan keputusan yang memadai oleh guru untuk jangka pendek ataupun jangka panjang. Adalah merupakan karakteristik yang penting dalam proses belajar mengajar, pada hakekatnya keputusan- keputusan ini sering tidak jelas menampak untuk bertumbuh lebih kompleks, apalagi faktor-faktor yang terlibat sering sulit dapat diterapkan semuanya ini menuntut adanya peningkatan propesionalisme dari pihak guru.
Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru atau pengajar adalah mengelola pengajaran serta lebih efektif, dinamis, efisien dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara 2 subjek pengajaran. Guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedang peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah suatu proses dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam mencapai tujuan pengajaran maka diperlukan interaksi antara pendidik dengan anak didknya. Pendidik berusaha mengatur lingkungan belajar bagi anak didik Untuk itu bagi pendidik diperlukan pemilihan strategi dan metode mengajar yang tepat sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien dalamproses belajar mengajar.






Bab II
Pembahasan
A. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Sebelum mengetahui makna dari perencanaan pembelajaran, tentu kita harus mengetahui dulu apa itu perencanaan. Ada beberapa pendapat menurut para ahli, diantaranya:
1. Perencanaan adalah sebuah proses pemecahan masalah, yang bertujuan adanya solusi dalam suatu pilihan. -Herbert Simon- (1996)
2. Perencanan bukan hanya membantu untuk mencipkan solusi tapi juga membantu untuk lebih memahami permasalahan itu sendiri. -Gordon Rowland- (1993)
3. Perencanaan membantu kita melihat masalah dalam pemikiran yang baru, pandangan yang berbeda dari yang lain, dan lebih baik dalam memahami masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana. -See Sabon- (1987)
4. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. -Oemar Hamalik.
Jadi, kesimpulan yang dapat kita ambil dari pendapat para ahli diatas adalah bahwa perencanaan merupakan suatu proses pemecahan masalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Berikut definisi tentang perencanaan pembelajaran:
1. Suatu sistem yang berisi prosedur untuk mengembangkan pendidikan dengan cara yang konsisten dan reliable. -Branch- (2002)
2. Ilmu yang merancang detail secara spesifik untuk pengembangan, evaluasi dan pemeliharaan situasi dengan fasilitas pengetahuan diantara satuan besar dan kecil persoalan pokok. -Ritchy-
3. Proses sistematis dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran. -Smith & Ragan-(1993)
4. Proses berfikir sistematis untuk membantu pelajar memahami (belajar). -Zook- (2000)
Definisi lain mengenai Perencanaan Pembelajaran adalah proses membantu guru secara sistematik dan menganalisis kebutuhan pelajar dan menyusun kemungkinan yang berhubungan dengan kebutuhan. Perencanaan pembelajaran merupakan sebuah rancangan atau persiapan yang dibuat oleh guru tentang pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
B. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas,dick dan carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Berkenaan dengan model pembelajaran (strategi pembelajaran), Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

C. Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak pada tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas hampir di seluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia.
Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .
Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa :
(1) tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
(2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.
Yang menarik untuk digaris bawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).
Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; (2) memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan guru mengadakan penilaian.
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Dick dan Carey (Hamzah Uno, 2009) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas: (1) tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik; (2) menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat yang hadir pada waktu anak didik berbuat; dan (3) menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan.
Pada bagian lain, Hamzah B. Uno (2009) mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD. A=Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai, dan D=Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima).


D. Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Berikut fungsi perencanaan pembelajaran :
1. Memberi guru pemahaman yang jelas tentang tujuan pendidikan
2. Membantu guru memperjelas pemikirannya terhadap tujuan pendidikan
3. Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai dan prosedur yang digunakan
4. Membantu guru dalam mengenal kebutuhan murid
5. Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error dalam mengajar
6. Murid akan menghormati guru yang telah mempersiapkan diri
7. Memberikan kesempatan bagi guru untuk mengembangkan profesionalnya
8. Membantu guru memiliki perasaan percaya diri
9. Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan memberikan bahan up to date

E. Prinsip Perencanaan Pembelajaran
Berikut prinsip perencanaan pembelajaran :
1. Pembelajaran yang disiapkan secara cermat dan sistematis akan dapat membantu perkembangan siswa secara maksimal.
2. Perencanaan yang cermat dan sistematis dikembangkan dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti teori belajar dan karakteristik siswa.
3. Hendaknya diarahkan untuk membantu proses belajar siswa secara individual.
4. Hendaknya dikembangkan dengan pendekatan sistem. Menggunakan langkah-langkah dalam proses pengembangan
5. Harus mempertimbangkan pemanfaatan berbagai sumber dan alat bantu belajar.






Bab III
Kesimpulan
Perencanaan merupakan suatu proses pemecahan masalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Perencanaan Pembelajaran adalah proses membantu guru secara sistematik dan menganalisis kebutuhan pelajar dan menyusun kemungkinan yang berhubungan dengan kebutuhan. Perencanaan pembelajaran merupakan sebuah rancangan atau persiapan yang dibuat oleh guru tentang pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
J. R David, Wina Senjaya menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp dan David E. Kapel menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Sementara itu, Oemar Hamalik menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .
Fungsi perencanaan pembelajaran, diantaranya: Memberi guru pemahaman yang jelas tentang tujuan pendidikan, Membantu guru memperjelas pemikirannya terhadap tujuan pendidikan, Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai dan prosedur yang digunakan, Membantu guru dalam mengenal kebutuhan murid.

Prinsip perencanaan pembelajaran diantaranya : Pembelajaran yang disiapkan secara cermat dan sistematis akan dapat membantu perkembangan siswa secara maksimal, Perencanaan yang cermat dan sistematis dikembangkan dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti teori belajar dan karakteristik siswa, Hendaknya diarahkan untuk membantu proses belajar siswa secara individual.

Daftar Pustaka
Hamalik, Umar . 2003 Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. Dr. MPd. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Supriawan, Dedi dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung
Uno, Hamzah B. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Http/www. Goegle. Perencanaan pembelajaran (file. Upi. Eduai. Php.)
Http/www. Zaifbio.wordpress.com

filsafat ilmu

Bab I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya , setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan,seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran.
Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan radil juga memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris,yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan adapun, objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh,radikal,dan rasional tentang segala yang ada.setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakain bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang peraktis.inilah peruses terbentuknya ilmu secara bersenambungan .Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Karena itu, filsafat oleh para filosofi disebut sebagai induk ilmu. Sebab,dari filsafat lah, ilmu-ilmu moderen dan konten pontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya,yaitu teknologi.
Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan,tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya, filsafat agama, filsafat hokum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu.
Tugas filsafat di antaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri agar tidak terjadi bentrokan antara berbagi kepentingan. Filsafat sepatutnya mengukuti alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radiakal, menyeluruh dan rasional dan begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalm filsafat sepatutnya merupakan bagian dari ilmu




Bab II
PEMBAHASAN
FILSAFAT ILMU
A. Pengertian
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Dilihat dari arti praktisnya, filsafat adalah alam berfikir atau alam pikiran. Berfilsafat adalah berfikir.
Harun nasution bependapat bahwa istilah filsafat berasal dari bahasa arab karena orang arab lebih dulu dating dan sekaligus mempengaruhi bahasa Indonesia dari pada orang dan bahasa inggris.oleh karena itu dia konsisten menggunakan kata falsafat.
Kattsoff, sebagaimana dikutip oleh Associate Webmaster Professional (2001), menyatakan karakteristik filsafat sebagai berikut.
1. Filsafat adalah berpikir secara kritis.
2. Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis.
3. Filsafat mengahasilkan sesuatu yang runtut.
4. Filsafat adalah berpikir secara rasional.
5. Filsafat bersifat komprehensif.
Berikut beberapa pengertian filsafat dari berbagai ahli:
Aristoteles, filsafat adalah menyelidiki sebab dan hakikat segala benda yang ada.
Al-kindi, Filsafat adalah pengetahuan manusia mengenai hakikat segala yang ada.
Peodjawiyatna, filsafat adalah pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam - dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan fikiran belaka.
B. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia ( The Liang Gie, 2004:61 ).
Conny Semiawan at al (1998 : 45) menyatakan bahwa filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya.

C. Sejarah Timbulnya Filsafat
Sejarah pemikiran filsafat sudah dimulai di Yunani pada kira-kira abad ke 6 SM oleh para filsuf alam, yaitu Thales, Anaximander, Anaximenes, dan lain-lain, para filsuf yang muncul pada priode ini dikenal sebagai filusuf alam karena fokus pemikiran meraka tentang alam . Pada priode selanjutnya , disebut priode kedua /tahab kedua, muncullah filsuf-filsuf manusia, seperti Socrates, Plato, Aristoteles. Pada priode ini minat-minat para filsuf bergeser obyeknya, yaitu dari alam ke manusia dan kehidupan masyarakat.. Aristoteles adalah orang yang mula-mula memperkenalkan dasar-dasar emperisme. Priode ketiga yaitu priode Skolastik. Pada priode ini agama Kristen menjadi tempat berpijak.Agama dikembangkan menurut berbagai argumentasi dimana filsafat menjadi teologi (argumentasi menopang keimanana). Priode keempat adalah priode filsaf modern dengan tokoh utamanya adalah Rene Descartes. Kemudian lahir priode kelima yaitu priode ilmu-ilmu alam dengan aliran positivisme dan emperisme. Pada priode ini ilmu alam mejadi model. Selanjutnya sampai pada priode keenam yang dinamakan priode Simbol. Priode ini berbagai ilmu dipandang dari sudut sistem simbol. Bahasapun desebut sebagai sistem simbolis. Psychologi, antropologi budaya, gejala, benda-benda dalam kebuadayaan sebagai sitem simbolis yang mewujudkan nilai-nilai dasar kebudayaan.

D. Tujuan Filsafat Ilmu
Tujuan Filsafat Ilmu adalah :
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memeahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan,dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
4. Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumberdan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
Secara sederhana tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan, menemukan hakikatnya, dan menerbitkan dan mengatur semuanya itu didalam bentuk yang sistematis. Filsafat membawa kita kepada pemahaman, dan pemahaman membawa kita kepada tindakan kepada yang lebih layak.

E. Cakupan dan Permasalahan Filsafat Ilmu
Menurut John Loss filsafat ilmu dapat digolongkan menjadi empat konsepsi yaitu:
1. Berusaha menyusun padangan-pandangan dunia sesuai atau berdasarkan toeri-teori ilmiah yang penting.
2. Memaparkan praanggapan dan kecenderungan para ilmuwan
3. Sebagai suatu cabang pengetahuan yang menganalisis dan menerangkan konsep dan teori dari ilmu.
4. Sebagai pengetahuan kritis derajat kedua yang menelaah ilmu sebagai sasarannya.
Enam problem atau permasalahan mendasar :
a. Problem-problem epistimologi tentang ilmu
b. Problem-problem metafisis tentang ilmu
c. Problem-problem metodologis tentang ilmu
d. Problem-problem logis tentang ilmu
e. Problem-problem etis tentang ilmu
f. Problem-problem estetis tentang ilmu
F. Objek Studi dan Metode Filsafat
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada. “Ada” itu sendiri dapat dipilah dalam tiga kategori : tipikal/ sungguh-sungguh ada dalam kenyataan, ada dalam kemungkinana, ada dalam pikran atau konsep. Objek formal filsafat adalah hakikat terdalam / substansi/ esensi/ intisari.
Objek filsafat ilmu
1) Objek material filsafat ilmu adalah ilmu
2) Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
G. Hubungan Filsafat dengan Ilmu
Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan filsafat berfungsi sebagai master scientist dan sebagai underlaborer. Sebagai master scientist filsafat sebagai dasar atau basis dalam berlangsungnya ilmu pengetahuan. Disini filsafat bertugas untuk mengkontruksikan teori-teori atau menolaknya berdasarkan pengetahuan apreori, sedangkan bagi para emperis pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang didasarkan pada pengetahuan inderawi.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.


Bab III
Kesimpulan

Kata filsafat dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Dilihat dari arti praktisnya, filsafat adalah alam berfikir atau alam pikiran.
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Secara sederhana tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan, menemukan hakikatnya, dan menerbitkan dan mengatur semuanya itu didalam bentuk yang sistematis. Filsafat membawa kita kepada pemahaman, dan pemahaman membawa kita kepada tindakan kepada yang lebih layak.
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada. “Ada” itu sendiri dapat dipilah dalam tiga kategori : tipikal/ sungguh-sungguh ada dalam kenyataan, ada dalam kemungkinana, ada dalam pikran atau konsep. Objek formal filsafat adalah hakikat terdalam / substansi/ esensi/ intisari.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.






Daftar Pustaka

Meliono, Irmayanti dkk.MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. 2007
Wiramihardja, Sutarjo A. Prof.Dr. Psi. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Refika Aditama cet. 1. 2006
Associate Webmaster Professional. (2001) “Terminologi Filsafat” February 3, 2006
Susan Langer, Philosophy nin a New Keyi ,
Louis.O.kattsoff . (alih bahasa: Soejono Soemargono). Pengantar filsafat. Yogyakarta: TW . 2006.

AL_KINDI

Bab I
Pendahuluan

Pemikiran-pemikiran filsafat Yunani yang masuk dalam pemikiran Islam, diakui banyak kalangan telah mendorong perkembangan filsafat Islam menjadi makin pesat. Namun demikian, seperti dikatakan Oliver Leaman, adalah suatu kesalahan besar jika menganggap bahwa filsafat Islam bermula dari penerjemahan teks-teks Yunani tersebut atau hanya nukilan dari filsafat Aristoteles (384-322 SM) seperti dituduhkan Renan, atau dari Neo-Platonisme seperti dituduhkan Duhem. Pertama, bahwa belajar atau berguru tidak berarti meniru atau membebek semata. Mesti difahami bahwa kebudayaan Islam menembus berbagai macam gelombang dimana ia bergumul dan berinteraksi. Pergumulan dan intereksi ini melahirkan pemikiran- pemikiran baru. Jika kebudayaan Islam tersebut terpengaruh oleh kebudayaan Yunani, mengapa tidak terpengaruh oleh peradaban India dan Persia, misalnya. Artinya, transformasi dan peminjaman beberapa pemikiran tidak harus mengkonsekuensikan perbudakan dan penjiplakan. masyarakat muslim sebelum kedatangan filsafat Yunan Meski karya-karya Yunani mulai diterjemahkan pada masa kekuasaan Bani Umaiyah, tetapi buku- buku filsafatnya yang kemudian melahirkan filosof pertama muslim, yakni al-Kindi (801-873 M), baru mulai digarap pada masa dinasti Abbasiyah, khususnya pada masa al-Makmun (811- 833 M), oleh orang-orang seperti Yahya al-Balmaki (w. 857 M), Yuhana ibn Musyawaih dan Hunain ibn Ishaq.
Al-Kindi adalah filosof yang pertama menyelami persoalan filsafat dan keilmuan dengan menggunakan bahasa Arab. Sebagai seorang yang mempelajari pikiran-pikiran filsafat dari masa sebelumnya, maka ia juga harus memperkenalkan pikiran-pikiran tersebut kepada dunia Arab-Islam tentang berbagai persoalan yang sebenarnya terasa asing sama sekali oleh mereka. Disinilah Al-Kindi menghadapi kesulitan, akan tetapi ia telah dapat menghadapinya dengan baik.


Bab II
Pembahasan
AL-KINDI
A. Biografi Al-Kindi
Al-kindi yang dikenal sebagai filosuf muslim keturunan Arab pertama, nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Yakub ibn al-Shabbah ibn Imran ibn Muhammad ibn al-Asy’as ibn Qais al-Kindi. Ia populer dengan sebutan Al-Kindi, yaitu dinisbatkan kepada Kindah, yakni suatu kabilah terkemuka pra-islam yang merupakan cabang dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman. Ia lahir di Kufah sekitar 185 H (801 M) dari keluarga kaya dan terhormat. Kakek buyutnya, al-Asy’as ibn Qais adalah salah seorang sahabat Nabi yang gugur bersama Sa’ad ibn Abi Waqqas dalam peperangan antara kaum muslimin dengan Persia di Irak.. sedangkan ayahnya, Ishaq ibn al-Shabbah adalah gubernur Kufah pada masa pemerintahan Al-Mahdi (775-785 M) dan Al-Rasyid (786-809 M). ayahnya wafat ketika ia masih kanak-kanak, namun ia tetap memperoleh kesempatan untuk menuntut ilmu dengan baik di Bashrah dan Baghdad di mana dia dapat bergaul dengan ahli pikir tekenal.
Al-Kindi mempelajari berbagai macam cabang ilmu keagamaan seperti hukum syari’at dan ilmu kalam. Ia pun turut menyumbangkan pemikirannya secara efektif dalam memasukkan filsafat kedalam khazanah pengetahuan Islam. Al Kindi mengumpulkan berbagai karya filsafat secara ensiklopedis, yang kemudian diselesaikan oleh Ibnu Sina (Avicenna) seabad kemudian. Ia juga tokoh pertama yang berhadapan dengan berbagai aksi kejam dan penyiksaan yang dilancarkan oleh para bangsawan religius-ortodoks terhadap berbagai pemikiran yang dianggap bid’ah, dan dalam keadaan yang sedemikian tragis (terhadap para pemikir besar Islam) al Kindi dapat membebaskan diri dari upaya kejam para bangsawan ortodoks itu.


B. Ajaran dan Pemahaman Al-Kindi
Al-Kindi adalah filosof islam yang mempercayai kepada kemampuan akal unuk memperoleh pengetahuan yang benar, Al-Kindi berupaya mempertemukan ajaran-ajaran islam pada filsafat Yunani apalagi dalam masalah keesaan tuhan. Ia bependapat bahwa Allah Esa tak terbilang, sama sekali tidak menyamai makhluknya, kekal tak akan fana. Al-Kindi menetapkan bahwa Al-Ba’ri (tuhan) punya sifat-sifat zat, Af’al dan negasi, seperti yang si sebutkan di dalam asar dan apa yang di pegangi oleh Mu’tazilah.
Al-Kindi telah mengadopsi ilmu-ilmu filsafat dari pemikiran tokoh filsafat Yunani, namun sebagai seorang filosuf Muslim, ia mempunyai kepribadian seorang Muslim sejati yang tak tergoda dan tetap mayakini prinsip-prinsip di dalam Islam. Sebagaimana telah diketahui, Al-Kindi banyak mempelajari filsafat Yunani, maka dalam pemikirannya banyak kelihatan unsur-unsur filsafat Yunani itu. Unsur-unsur yang terdapat dalam pemikiran filsafat Al Kindi ialah :
1. Aliran Pitagoras tentang matematika sebagai jalan ke arah filsafat
2. Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal fisika dan metafisika, meskipun Al- Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles tentang qadimnya alam.
3. Pikiran-pikiran Plato dalam soal kejiwaan.
4. Pikiran-pikiran Plato dan Aristo bersam-sama dalam soal etika.
5. Wahyu dan Iman (ajaran-ajaran agama) dalam soal-soal yang berhubungan dengan Tuhan dan Sifat-sifatNya.
6. Pikiran-pikiran aliran Mu’tazilah dalam penghargaan kekuatan akal dan dalam mena’wilkan ayat-ayat Qur’an.
Mustafa Abdurraziq juga menjunjung al-kindi sebagai ahli falsafat islam yang pertama karena tiga hal:
1. Al-kindi mula-mula membagi falsafat dalam 3 ilmu, yaitu ilmu ketuhanan, ilmu pasti, dan ilmu alam, ketiga-tiganya adalah merupakan dasar falsafat islam.
2. Al-kindilah yang mula-mula membuka jalan ke arah falsafat islam dengan mempertemukan dua pendapat yang berbeda antara plato dan aristoteles, sehingga dengan demikian itu bertemu pulalah agama dengan falsafat.
3. Al-kindi adalah seorang arab islam yang mula-mula merintis membuka ilmu falsafat ini, sehingga ilmu itu tersiar diantara orang arab dan dalam kalangan islam.
Sebagaimana halnya dengan filosof-filosof Yunani dan filosof-filosof islam lainnya, Al-Kindi, selain dari filosof adalah juga ahli ilmu pengetahuan. Pengetahuan ia bagi ke dalam dua bagian:
1. Pengetahuan Ilahi (علم الهي, Divine science), sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an: yaitu pengetahuan lansung yang diperoleh Nabi dari Tuhan. Dasar pengetahuan ini ialah keyakinan.
2. Pengetahuan manusiawi (علم انساني, human science) atau falsafat. Dasarnya ialah pemikiran (ratio-reason)
Argumen-argumen yang dibawa Al-Qur’an lebih meyakinkan daripada argument-argumen yang ditimbulkan falsafat. Tetapi falsafat dan Al-Qur’an tak bertentangan, kebenaran yang diberitakan wahyu tidak bertentangan dengan kebenaran yang dibawa falsafat. Mempelajari falsafat dan berfalsafat tidak dilarang, karena teologi adalah bagian dari falsafat, dan umat islam diwajibkan belajar teologi.
Falsafat baginya ialah pengetahuan tentang yang benar (بحث عن الحق, knowledge of truth). Di sinilah terlihat persamaan falsafat dan agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik, falsafat itu pulalah tujuannya. Menurut Al-Kindi falsafat yang paling tinggi ialah falsafat tentang Tuhan. Sebagaimana katanya:
وَأسرَفُ الفَلسَفةِ وأعْلاهاَ مَرْتبَةً الفَلسفةُ الأُوْلى أعْنىِ عِلمَ الحَقِّ الأوَّلِ هُوَ عِلَّةُ كُلِّ حَقٍّ
“Falsafat yang termula dan tertinggi derajatnya adalah falsafat utama, yaitu ilmu tentang yang benar pertama, yang menjadi sebab bagi segala yang benar.”
Al-Kindi juga mempunyai pandangan tersendiri tentang pengetahuan manusia, menurutnya pengetahuan manusia itu pada dasarnya terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :
1. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera disebut Pengetahuan Inderawi.
2. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan akal disebut Pengetahuan Rasional.
3. Pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan disebut dengan Pengetahuan Isyraqi Atau Iluminatif.
C. Filsafat dan Agama Menurut Al-Kindi
Agama yang bersumber dari wahyu Ilahi mengandung kebenaran, dan kebenaran ini dituangkan untuk manusia. Filsafat juga mengandung kebenaran, kebenarannya didasarkan pada pencarian nalar manusia. Dengan demikian ujung dari keduanya ialah “kebenaran”. Filsafat mencari kebenaran dan agama membawa kebenaran. Namun demikian kebenaran agama tidak akan dirasakan kecuali oleh orang yang berakal. Oleh sebab itu kebenaran agama harus digali agar lebih jelas. Penggalinya ini dilakukan dengan menggunakan nalar filsafat. Bagi al-kindi kebenaran yang dibawa oleh agama lebih positif dan lebih meyakinkan daripada kebenaran filsafat, walaupun ia juga harus memakai filsafat untuk lebih memperjelasnya, tetapi pekerjaan itu hanyalah pekerjaan membuka selubung barang yang telah ada. Jadi, kebenaran yang hendak dicari oleh filsafat, akallah yang menjadi alat pencariannya, dan kebenaran yang dibawa oleh agama akal pulalah yang berfungsi untuk membuka tabirnya. Dengan demikian akal berfungsi dalam filsafat dan juga dalam agama.
Selanjutnya pembahasan yang paling tinggi dalam filsafat ialah pembahasan tentang masalah yang ada atau masalah kebenaran yang awal, yakni masalah ketuhanan. Sebab yang menjadi inti dari penggalian filsafat tidak lain ialah kebenaran. Kebenaran tidak akan sampai tuntas pembahasannya sebelum sampai kepada pokok dari segala kebenaran. Untuk itu filsafat berusaha keras untuk sampai kepada kebenaran pertama itu. Kebenaran pertama itulah Tuhan. Masalah ketuhanan digali dari berbagai jurusan, sehingga tampak dengan jelas kemutlakan-Nya, keadaan-Nya, keesaan-Nya dan sebagainya. Demikian pulalah dengan agama, di mana teologinya dengan dalil-dalil aklinya menetapkan tentang eksistensi Tuhan Yang Maha Mutlak itu. Demikianlah pandangan al-kindi tentang filsafat dan agama. Keduanya berjalan seiring, yang satu membutuhkan yang lain. Suatu kali al-kindi pernah mengatakan, bahwa siapa yang mengatakan filsafat ini bertentangan dengan agama berarti dialah yang tidak beragama.
Dengan ini tampak dengan jelas, bahwa al-kindi sangat mengagumi filsafat di samping kecintaannya kepada agama. Melihat jalan fikirannya dengan demikian tidak salah ada diantara ahli sejarah yang menganggap dia sebagai ahli ilmu kalam dari golongan mu’tazilah ketimbang sebagai filosof. Tetapi karena al-kindilah orang yang pertama Memperkenalkan buah fikiran filosof-filosof yunani serta memberikan analisa-analisa yang jelimet tentang dasar-dasar filsafat yunani itu, maka oleh sebagian besar pemikir islam menamakan dia sebagai filosof.
D. Karya Al-Kindi
Sebagai seorang filosof islam yang produktif, diperkirakan karya yang pernah ditulis Al-Kindi dalam berbagai bidang tidak kurang dari 270 buah. Dalam bidang filsafat, diantaranya adalah:
1. kitab Al-Kindi ila Al-Mu’tashim Billah fi al-Falsafah al-Ula (tentang filsafat pertama),
2. kitab al-Falsafah al-Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyah wa al Muqtashah wa ma fawqa al-Thabi’iyyah (tentang filsafat yang diperkenalkan dan masalah-masalah logika dan muskil, serta metafisika),
3. kitab fi Annahu la Tanalu al-Falsafah illa bi ‘ilm al-Riyadhiyyah (tentang filsafat tidak dapat dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan dan matematika),
4. kitab fi Qashd Aristhathalis fi al-Maqulat (tentang maksud-maksud Aristoteles dalam kategori-kategorinya),
5. kitab fi Ma’iyyah al-‘ilm wa Aqsamihi (tentang sifat ilmu pengetahuan dan klasifikasinya),
6. Risalah fi Hudud al-Asyya’ wa Rusumiha (tentang definisi benda-benda dan uraiannya),
7. Risalah al-Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah (sebuah tilisan filosofis tentang rahasia-rahasia spiritual), dan lainnya.


Bab III
Kesimpulan
Al-kindi nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Yakub ibn al-Shabbah ibn Imran ibn Muhammad ibn al-Asy’as ibn Qais al-Kindi. Al-Kindi adalah filosof islam yang mempercayai kepada kemampuan akal unuk memperoleh pengetahuan yang benar, Al-Kindi berupaya mempertemukan ajaran-ajaran islam pada filsafat Yunani.
Al-Kindi mempunyai pandangan tersendiri tentang pengetahuan manusia, menurutnya pengetahuan manusia itu pada dasarnya terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :
4. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera disebut Pengetahuan Inderawi.
5. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan akal disebut Pengetahuan Rasional.
6. Pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan disebut dengan Pengetahuan Isyraqi Atau Iluminatif.
Menurut Al-Kindi, pembahasan yang paling tinggi dalam filsafat ialah pembahasan tentang masalah yang ada atau masalah kebenaran yang awal, yakni masalah ketuhanan. Sebab yang menjadi inti dari penggalian filsafat tidak lain ialah kebenaran. Kebenaran tidak akan sampai tuntas pembahasannya sebelum sampai kepada pokok dari segala kebenaran. Untuk itu filsafat berusaha keras untuk sampai kepada kebenaran pertama itu. Kebenaran pertama itulah Tuhan. Pandangan al-kindi tentang filsafat dan agama adalah bahwa keduanya berjalan seiring, yang satu membutuhkan yang lain. Suatu kali al-kindi pernah mengatakan, bahwa siapa yang mengatakan filsafat ini bertentangan dengan agama berarti dialah yang tidak beragama.
Sebagai seorang filosof islam yang produktif, diperkirakan karya yang pernah ditulis Al-Kindi dalam berbagai bidang tidak kurang dari 270 buah. Dalam bidang filsafat, diantaranya adalah: kitab Al-Kindi ila Al-Mu’tashim Billah fi al-Falsafah al-Ula (tentang filsafat pertama), kitab fi Annahu la Tanalu al-Falsafah illa bi ‘ilm al-Riyadhiyyah (tentang filsafat tidak dapat dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan dan matematika),


Daftar Pustaka

Ali, Yunasril. Perkembangan Pemikiran Falsafi Dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1991.
Nasution, Harun. Falsafat Dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1999.
Nasution, Hasyimsyah. Dr.M.A. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2002.
Fuad Al-Ahwani, Ahmad. Dr. Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka Firadus. 2008.
Hanafi, Ahmad. MA. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.1996.
Http./sala/; Filsafat Islam