Jumat, 04 Juni 2010

ikwanulmuslimin

Ikhwanul Muslimin

A. Sejarah
Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928 dengan pendiri Hassan al-Banna, bersama keenam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Ikhwanul Muslimin pada saat itu dipimpin oleh Hassan al-Banna. Pada tahun 1930, Anggaran Dasar Ikhwanul Muslimin dibuat dan disahkan pada Rapat Umum Ikhwanul Muslimin pada 24 September1930. Pada tahun 1932, struktur administrasi Ikhwanul Muslimin disusun dan pada tahun itu pula, Ikhwanul Muslimin membuka cabang di Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada tahun 1933, Ikhwanul Muslimin menerbitkan majalah mingguan yang dipimpin oleh Muhibuddin Khatib.
Ikhwanul Muslimin menekankan pada pentingnya penelitian dan pembahasan terhadap dalil, serta urgensi kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah secara murni dan konsekuen. Memberishkan dari segla bentuk kemusyrikan untuk mencapi kesempurnaan tauhdi. Ikhwan juga mengambil nilai positif dari tasawuf sebagai sarana pendidikan dan peningkatan jiwa, tnpa penyimpangan akidah, jauh dari segala bentuk bid'ah, khurafat, menghina diri dari sifat negatif.
Hasan Al-Banna, snag pemimpin pertamanya, telah merangkum pemahaman tersebut dalam dakwah Ikhwan. Ditambah dengan konsepsi-konsepsi yng sesuai dengan kebutuhan zaman dan kondisi. Sehingga dakwah Ikhwan mampu menghsapi berbagai arus yagn melanda Mesir dan dunia Islam pada umumnya. Namun demikian, ide-ide dan pemikirannya tentang Ikhwanul Muslimin ini tak luput dari pemahaman yang negative yang muncul dari sementara kalangan. Bahkan tidk jarang muncul tuduhan-tuduhan yang sesungguhnya sangt jauh dari kenyataan. Sementara kalangan menempelkan ide pemikiran ghuluw (ekstrimisme), irhabiyah (terorisme), bid'ah bahkan syirik, dengna gerakan Ikhwan, pendiri dan sejumlah tokohnya.

B. Pembentukan Gerakan Ikhwanul Muslimin
Pada bulan Dzulqa'dah 1347 H yang bertepatan dengan Maret 1928, enam orang dari pengiktunya mendatangi rumahnya membai'atnya demi beramal untuk Islam dan asma-asma bersumpah untuk menjadikan hidup mereka untuk dakwah dan jihad. Dengan itu, muncullah tunas pertama gerakan Ikhwanul Muslimin. Dzulqa'dah 1347 H/1928 M adalah bulan didirikannya cikal bakal gerakan Ikhwanul Muslimin.
Selang empat tahun, dakwahnya meluas, sehingga ia pindash ke ibu kota Kairo, bersama markas bear Ikhwanul Muslimin. Dengan berulirnya waktu, jangakauan dakwahnya semakin lebar. Kini satnya bagi Al-Banna untuk mengajak anggotanya melakukan jihad amali. Dengan situasi yang ada saat itu, ia membentuk pasukan khusus untuk melindungi jama'ahnya. Pada tahun 1942 M, Hasan Al-Banna menetapkan untuk mencalonkan dirinya dalam pemilihan umum, tapi ia mencabutnya setelah maju, karena ada ancaman dari Mushthafa Al-Basya, yang waktu itu menjabat sebagai pimpinan Al-Wizarah (Perdana Menteri). Dua tahun kemudian, ia mencalonkan diri, namun Inggris memanipulasi hasil pemilihan umum. Kronologis perjalanan Ikhwan adalah sebagai berikut:
Tahun 1932 Hasan Al-Banna pindah ke Kairo. Bersama itu pula gerakannya berpinsah dari Isma'iliyyah ke Kairo.
Tahun 1933 M/1352 H beliau menerbitkan sebuah majalah berita mingguan Al-Ikhwan All-Muslimun yang dipimpin oleh Muhibbudin Khatib (1303-1389 H/1969 M). Kemudian tahun 1938 M/1357 H terbit majalah Al-Nadzir. Lalu menyusl Al-Syihab, tahun 1947 M/1367 H. Seterusnya majalah berita-berita Ikhwan terbit secara teratur.

C. Pemikiran dan Doktrin
Pemahaman Ikhwan terhadap Islam bersifat universal, tidak mengenal adanya pemisahan antra satu aspek dengan aspek lainnya. Ikhwan berusaha keras memperluas kawan geraknya sampai menjadi sebuah gerakan Islam internasional.
Berkenaan dengan dakwah Ikhwan, Hasn Al-Banna mengakan bahwa gerakan Ikhwan adalah da'wah salafiyah karena berdakwah untuk mengajak kembali bersama Islam kepada sumbernya yagn jernih dari Kitab Allahd dan Sunnah Rasul-Nya; thariqah ssunniyyah, karena membawa jiwa untuk beramal dengan sunnah yang suci, khususnya dalam masalh akidah dan ibadah, semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan mereka; haqiqah shufiyyah, karena memahami bahwa asas kebaikan adalah kesucian jiwa, kejernihan hati, kontinuitas amal, berpaling dari ketergantungan kepada makhluk, cinta pada Allah dan keterikatan kepada kebaikan; lembaga politik (hai'ah siyasiyah) karena menuntut perbaikan dari dalam terhadap hukum pemerintahan, meluruskan persepsi yang terkait hubungan uamt Islam terhadap bangsa-bangsa lain di luar negeri, mendidik bangsa agar memiliki semangan, dan menjaga identitasnya; klub olahraga (jama'ah riyadhiyah) karena sangat memperhatikan masalah fisik fan memahami benar bahwa seorang mukmin yang kuat lebih baik dari pada seorang mukmin yagn lemah; lembaga ilmiah dan kebudayaan (rabithah 'ilmiyah tsaqafiyah) karena Islam menjadikan menuntut ilmu sebagai kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah; perserikatan ekonomi (syirkah iqtishadiyah) karena Islam sangat memperhatikan pemerolehan harta dan pndistribusiannya; dan pemikiran sosial (fikrah ijtima'iyah) karena sangat menaruh perhatian pada segala penyakit yang ada dalam masyarakat dan berusaha mengikis dan mengobatinya.
Selanjutnya Hasan Al-Bannaa menegaskan bahwa cirri gerakan Ikhwan adalah:
1. Jauh dari sumber pertentangan (khilafiyah)
2. Jauh dari pengaruh riya dan kesombongan
3. Jauh dari fanatisme partai politik dan lembaga-lemabga politik
4. Memperhatikan kaderisasi (takwin dan bertahap (tadarruj) dalam melangkah
5. Lebih mengutamakan aspek amaliyah produktif daipada propaganda dan reklame.
6. Memberi perhatian sangat serius kepada para pemuda.
7. Cepat tersebar di kampung-kampung dan di kota-kota.
Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam berlandaskan ajaran Islam. Ia merupakan salah satu jamaah dari beberapa jamaah yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan menyeluruh, bukan hanya sekedar agama yang mengurusi ibadah ritual (shalat, puasa, haji, zakat, dll) saja. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan da’wah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam. Ikhwanul Muslimin menolak segala bentuk penjajahan dan monarki yang pro-Barat.
Dalam perpolitikan di berbagai negara, Ikhwanul Muslimin ikut serta dalam proses demokrasi sebagai sarana perjuangannya, sebagaimana kelompok-kelompok lain yang mengakui demokrasi. Contoh utamanya adalah Ikhwanul Muslimin di Mesir yang mengikuti proses pemilu di negara tersebut
Selain itu Hasan Al-Banna menyebutkan karakteristik Ikhwan sebagai berikut:
1. Gerakan Ikhwan adalah gerakan Rabbaniyyah (ketuhanan). Sebab, asas yang menjadi poros sasarannya ialah mendekatkan manusia kepada Rabbnya.
2. Gerakan Ikhwan bersifat alamiyah (internasional). Sebab, arah gerakan ditujukan kepada semua umat manusia. Semua manusia pada dasarnya bersaudara. Asalnya satu, nenek moyangnya satu dan nasbnya satu. Hanya taqwa yagn menentuakn sesorang itu lebih dari yang lain. Dari ketaqwaannya akan terefleksikan pada kebaikan dan keutamaannya yang utuh dan menyeluruh yang ia berikan kepada orang lain. Tidak ada perbedaan suku, agama dan ras (SARA) dalam Ikhwan.
3. Gerakan Ikhwan bersifat Islami. Sebab, orientasi dan nisbatnya hanya kepada Islam sebagai rahmatan lil'âlamîn.
Selain itu Hasn Al-Banna menetapkan tingkatan amal yang merupakan konsekuensi logis setiap anggota, yaitu:
1. Memperbaiki diri, sehingga menjadi pribadi yang kuat fisik, teguh dalam berakhlak, luas dal mberfikir, mampu mencari nafkah mandiri, lurus berakidah dan benar dalam beribadah.
2. Membentuk rumah tangga Islami. Sehingga keluarganya menjadi pendukung fikrah, menghormatinya dan memelihara tatakrama Islam dalam segala aspek kehidupan rumah tangganya sehari-hari.
3. Memotivasi masyarakat untuk menyebarkan kebaikan, memrangi kemungkaran dan kerusakan.
4.Memerdekakan Negara dengan membersihkan rakyatnya dari berbagai bentuk kekuasaan asing yang tidak sejalan dengan ajaran Islam di bidang politik ataupun mental spiritual.
5. Memperbaiki pemerintahan sehinga benar-benar menjadi pemerintahan yang Islami.
6. Mengembalikan eksistensi Negara-negara Islam dengan memerdekakan negerinya dan menghidupkan kembali keagungannya.
7. Menjadi guru dunia dengan menyebarkan Isalam ke tengah-tengah umat manusia, sehingga tidak ada fitnah lagi dan Dien benar-benar hanya milik Allah.
"Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan Nur (dien)Nya."
Tentang tahapan dakwah, Hsan Al-Banna membaginya menjadi tiga tahap:
Tahap pengenalan
Tahap pembentukan
Tahap pelaksanaan.

D. Ikhwanul Muslimin di Indonesia
Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum pendatang Arab sekitar tahun 1930. Pada zaman kemerdekaan, Agus Salim pergi ke Mesir dan mencari dukungan kemerdekaan. Waktu itu, Agus Salim menyempatkan untuk bertemu kepada sejumlah delegasi Indonesia.
Ikhwanul Muslimin memiliki peran penting dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia. Atas desakan Ikhwanul Muslimin, negara Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia, setelah dijajah oleh Belanda. Dengan demikian, lengkaplah syarat-syarat sebuah negara berdaulat bagi Republik Indonesia.
Ikhwanul Muslimin kemudian semakin berkembang di Indonesia setelah Muhammad Natsir mendirikan partai yang memakai ajaran Ikhwanul Muslimin, yaitu Partai Masyumi.
Partai Masyumi kemudian dibredel oleh Soekarno dan dilarang keberadaannya. Kemudian pada Pemilu tahun 1999 berdiri partai yang menggunakan nama Masyumi, yaitu Partai Masyumi Baru dan Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (PPII Masyumi)[23]. Selain itu berdiri juga Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan (PK) yang sebelumnya banyak dikenal dengan jamaah atau kelompok Tarbiyah. PBB mendeklarasikan partainya sebagai keluarga besar pendukung Masyumi[24]. Sedangkan menurut Yusuf Qaradhawi, Partai Keadilan (kini berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera atau PKS) merupakan perpanjangan tangan dari gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir yang mewadahi komunitas terbaik kalangan muda intelektual yang sadar akan agama, negeri, dunia, dan zamannya Namun tulisan ulama yang kini bermukim di Qatar itu belum pernah mendapat konfirmasi dari para pengurus DPP PKS. Jika dilihat dari Piagam Deklarasi PKS dan AD/ART PKS, PKS tidak pernah menyebutkan hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin.
Selain partai-partai di atas, ada juga ormas Islam di Indonesia yang terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin ini, paling tidak itu terlihat dari nama ormas tersebut. Ormas yang dimaksud, antara lain adalah Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia) yang berafiliasi ke PPP, dan Ikhwanul Muslimin Indonesia (IMI). Parmusi saat ini diketuai oleh Bachtiar Chamsyah. Sedangkan IMI yang dideklarasikan di Depok pada tahun 2001, diketuai oleh Habib Husein Al Habsyi
Lalu pada Pemilu tahun 2004, Partai Masyumi Baru dan PPII Masyumi tidak dapat mengikuti pemilu lagi karena tidak lolos electoral threshold. Partai Masyumi Baru bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). PBB masih dapat terus mengikuti pemilu. Sedangkan PK mengikuti Pemilu 2004 setelah berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Setelah pemilu 2004, PBB hampir tidak bisa mengikuti pemilu 2009 karena tidak lolos electoral threshold. Pada akhirnya PBB bisa mengikuti pemilu 2009 sebagaimana PKS dan PPP yang masih dapat terus mengikuti pemilu 2009 karena lolos electoral threshold.
Jadi secara umum, Ikhwanul Muslimin cukup banyak memberikan inspirasi pada organisasi-organisasi di Indonesia. Namun tidak jelas mana yang benar-benar berhubungan secara resmi dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Jika diringkas, organisasi di Indonesia yang terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin antara lain:
Partai Masyumi
Persaudaraan Muslimin Indonesia
Partai Masyumi Baru (1998)
Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (1998)
Partai Bulan Bintang (1998)
Partai Keadilan (1998)
Ikhwanul Muslimin Indonesia (2001)
Partai Keadilan Sejahtera (2002)

E. Akar Pemikiran dan Sifat Ideologi
Al-Ikhwan al-Muslimun telah mengadopsi dakwah dari berbaga sumber yang menjadi gerakan dakwaknya. Ia tidak hanya menekankan kepada pentingnya pembersihan jiwa (manajemen qalbu) tetapi juga merujuk pada dalil-dalil yang shahih serta selalu melakukan perbaikan aqidah dan pentingnya kembali kepada Al-Qur'an dan Al-Sunnah dan membersihkan dari segala bentuk kemusyrikan untuk mencapai kesempurnaan tauhid.
Dakwah Ikhwan banyak dipengaruhi gerakan dakwah yang dibawa oleh geneasi salafus shalih. Pendirinya tetap terbuka dengan perkembangan zaman dadn menggabungkan kebaikan-kebaikan yang ada di dalamnya. Pada umumnya dakwah tersebut mengambil metode-metode dakwah yang dibawa Rasulullah Saw. dan para sahabat yang melandasi gerakan dakwah ini.
Hasan Al-Banna merangkum semua pemahaman tersebut dalam dakwah. Ditambah dengan konsepsi-konsepsi yang sesuai dengan kebutuhan zaman dan lingkungan. Sehingga dakwahnya mampu menghadapi berbagai arus yang melanda Mesir dan kawasan lain.

F. Pemikiran Teologi Ikhwanul Muslimin
Manhaj akidah Al-Ikhwan adalah manhaj salafi murni tanpa kesamaran sedikitpun. Ini jelas terlihat melalui pernyataan Hasan Al-Banna bahwa setiap orang dapat diambil perkataannya dan ditinggalkan kecuali Rasulullah Saw. yang ma'shum (terlindung dari kesalahan). Dan semua yang datang dari para salaf bila sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah maka diterima. Namun bila tidak sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah sangat diutamakan untuk diikuti. Namun Ikhwanul Muslimin tidak akan melontarkan tuduhan dan kritikan terhadap pribadi atau golongan yang berselisih dalam hal ini.
Dalam hal ini, Al-Banna memberi catatan bahwa tidak ada 'ishmah menurut ahlu haq kecuali Al-Qur'an dan Sunnah. Karenanya kesalahan yang terjadi selain dari keduanya adalah masalah yang mungkin terjadi. Selanjutnya, pendapat yang dilontarkan oleh seseorang, setelah Allah dan Rasul-Nya, dapat diambil atau ditolak. Termasuk dalam hal ini pendapat para salaf dan para imam. Ikhwan menolak setiap perkatan yang berlawnan dengan Al-Qur'an dan Sunnah, siapa pun yang mengatakannya. Hasan Al-Banna dalam prinsip ke Sembilan menyatakan bahwa seitap masalah yang tidak didasari dengan amal perbuatan, maka mendalami masalah tersebut termasuk takalluf (memberat-beratkan) yang dilarang oleh syari'at. Termasuk mendalami masalah-masalah cabang (far'iyat) terhadap ketentuan hukum yang belum terjadi.
Ada beberapa masalah termasuk bab akidah yang kita tidak diperintahkan untuk membahasnya. Ada masalah yang termasuk bab fiqih dan kita atau kaum muslimin tidak memerlukannya. Ada pula masalah yang tidak termasuk bab akhlak, tidak disebutkan oleh Al-Qur'an dan Sunnah, serta bukan merupakn sesuatu keharusan dalam urusan dunia dan diri. Waktu kita tidak perlu disibukkan terhadap masalah-masalah seperti ini. Karena hal tersebut tidak lain hanya melelahkan jiwa dan akal, serta menyia-nyiakan waktu tanpa manfaat. Bahkan bias jadi, termasuk dalam akhlak tercela dari akhlak mutafashihin (berlebihan dalam kefasihan), mutaqarri'in (berlebihan dalam membaca), mutafaqqihin (berlebihan dalam pemahaman fiqih), semuanya yang termasuk takalluf yang dilarang oleh syari'at. Allah Swt. berfirman, "Katakanlah (hai Muhammad), 'Aku tidak meminta upah sedikitpun kepadamu atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada."
Untuk lebih menjelaskan manhaj Ikhwan dalam hal ini, harus disebutkan dulu sebagian rincian masalah dalam manhaj fiqih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar