Kamis, 14 Oktober 2010

AL_KINDI

Bab I
Pendahuluan

Pemikiran-pemikiran filsafat Yunani yang masuk dalam pemikiran Islam, diakui banyak kalangan telah mendorong perkembangan filsafat Islam menjadi makin pesat. Namun demikian, seperti dikatakan Oliver Leaman, adalah suatu kesalahan besar jika menganggap bahwa filsafat Islam bermula dari penerjemahan teks-teks Yunani tersebut atau hanya nukilan dari filsafat Aristoteles (384-322 SM) seperti dituduhkan Renan, atau dari Neo-Platonisme seperti dituduhkan Duhem. Pertama, bahwa belajar atau berguru tidak berarti meniru atau membebek semata. Mesti difahami bahwa kebudayaan Islam menembus berbagai macam gelombang dimana ia bergumul dan berinteraksi. Pergumulan dan intereksi ini melahirkan pemikiran- pemikiran baru. Jika kebudayaan Islam tersebut terpengaruh oleh kebudayaan Yunani, mengapa tidak terpengaruh oleh peradaban India dan Persia, misalnya. Artinya, transformasi dan peminjaman beberapa pemikiran tidak harus mengkonsekuensikan perbudakan dan penjiplakan. masyarakat muslim sebelum kedatangan filsafat Yunan Meski karya-karya Yunani mulai diterjemahkan pada masa kekuasaan Bani Umaiyah, tetapi buku- buku filsafatnya yang kemudian melahirkan filosof pertama muslim, yakni al-Kindi (801-873 M), baru mulai digarap pada masa dinasti Abbasiyah, khususnya pada masa al-Makmun (811- 833 M), oleh orang-orang seperti Yahya al-Balmaki (w. 857 M), Yuhana ibn Musyawaih dan Hunain ibn Ishaq.
Al-Kindi adalah filosof yang pertama menyelami persoalan filsafat dan keilmuan dengan menggunakan bahasa Arab. Sebagai seorang yang mempelajari pikiran-pikiran filsafat dari masa sebelumnya, maka ia juga harus memperkenalkan pikiran-pikiran tersebut kepada dunia Arab-Islam tentang berbagai persoalan yang sebenarnya terasa asing sama sekali oleh mereka. Disinilah Al-Kindi menghadapi kesulitan, akan tetapi ia telah dapat menghadapinya dengan baik.


Bab II
Pembahasan
AL-KINDI
A. Biografi Al-Kindi
Al-kindi yang dikenal sebagai filosuf muslim keturunan Arab pertama, nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Yakub ibn al-Shabbah ibn Imran ibn Muhammad ibn al-Asy’as ibn Qais al-Kindi. Ia populer dengan sebutan Al-Kindi, yaitu dinisbatkan kepada Kindah, yakni suatu kabilah terkemuka pra-islam yang merupakan cabang dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman. Ia lahir di Kufah sekitar 185 H (801 M) dari keluarga kaya dan terhormat. Kakek buyutnya, al-Asy’as ibn Qais adalah salah seorang sahabat Nabi yang gugur bersama Sa’ad ibn Abi Waqqas dalam peperangan antara kaum muslimin dengan Persia di Irak.. sedangkan ayahnya, Ishaq ibn al-Shabbah adalah gubernur Kufah pada masa pemerintahan Al-Mahdi (775-785 M) dan Al-Rasyid (786-809 M). ayahnya wafat ketika ia masih kanak-kanak, namun ia tetap memperoleh kesempatan untuk menuntut ilmu dengan baik di Bashrah dan Baghdad di mana dia dapat bergaul dengan ahli pikir tekenal.
Al-Kindi mempelajari berbagai macam cabang ilmu keagamaan seperti hukum syari’at dan ilmu kalam. Ia pun turut menyumbangkan pemikirannya secara efektif dalam memasukkan filsafat kedalam khazanah pengetahuan Islam. Al Kindi mengumpulkan berbagai karya filsafat secara ensiklopedis, yang kemudian diselesaikan oleh Ibnu Sina (Avicenna) seabad kemudian. Ia juga tokoh pertama yang berhadapan dengan berbagai aksi kejam dan penyiksaan yang dilancarkan oleh para bangsawan religius-ortodoks terhadap berbagai pemikiran yang dianggap bid’ah, dan dalam keadaan yang sedemikian tragis (terhadap para pemikir besar Islam) al Kindi dapat membebaskan diri dari upaya kejam para bangsawan ortodoks itu.


B. Ajaran dan Pemahaman Al-Kindi
Al-Kindi adalah filosof islam yang mempercayai kepada kemampuan akal unuk memperoleh pengetahuan yang benar, Al-Kindi berupaya mempertemukan ajaran-ajaran islam pada filsafat Yunani apalagi dalam masalah keesaan tuhan. Ia bependapat bahwa Allah Esa tak terbilang, sama sekali tidak menyamai makhluknya, kekal tak akan fana. Al-Kindi menetapkan bahwa Al-Ba’ri (tuhan) punya sifat-sifat zat, Af’al dan negasi, seperti yang si sebutkan di dalam asar dan apa yang di pegangi oleh Mu’tazilah.
Al-Kindi telah mengadopsi ilmu-ilmu filsafat dari pemikiran tokoh filsafat Yunani, namun sebagai seorang filosuf Muslim, ia mempunyai kepribadian seorang Muslim sejati yang tak tergoda dan tetap mayakini prinsip-prinsip di dalam Islam. Sebagaimana telah diketahui, Al-Kindi banyak mempelajari filsafat Yunani, maka dalam pemikirannya banyak kelihatan unsur-unsur filsafat Yunani itu. Unsur-unsur yang terdapat dalam pemikiran filsafat Al Kindi ialah :
1. Aliran Pitagoras tentang matematika sebagai jalan ke arah filsafat
2. Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal fisika dan metafisika, meskipun Al- Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles tentang qadimnya alam.
3. Pikiran-pikiran Plato dalam soal kejiwaan.
4. Pikiran-pikiran Plato dan Aristo bersam-sama dalam soal etika.
5. Wahyu dan Iman (ajaran-ajaran agama) dalam soal-soal yang berhubungan dengan Tuhan dan Sifat-sifatNya.
6. Pikiran-pikiran aliran Mu’tazilah dalam penghargaan kekuatan akal dan dalam mena’wilkan ayat-ayat Qur’an.
Mustafa Abdurraziq juga menjunjung al-kindi sebagai ahli falsafat islam yang pertama karena tiga hal:
1. Al-kindi mula-mula membagi falsafat dalam 3 ilmu, yaitu ilmu ketuhanan, ilmu pasti, dan ilmu alam, ketiga-tiganya adalah merupakan dasar falsafat islam.
2. Al-kindilah yang mula-mula membuka jalan ke arah falsafat islam dengan mempertemukan dua pendapat yang berbeda antara plato dan aristoteles, sehingga dengan demikian itu bertemu pulalah agama dengan falsafat.
3. Al-kindi adalah seorang arab islam yang mula-mula merintis membuka ilmu falsafat ini, sehingga ilmu itu tersiar diantara orang arab dan dalam kalangan islam.
Sebagaimana halnya dengan filosof-filosof Yunani dan filosof-filosof islam lainnya, Al-Kindi, selain dari filosof adalah juga ahli ilmu pengetahuan. Pengetahuan ia bagi ke dalam dua bagian:
1. Pengetahuan Ilahi (علم الهي, Divine science), sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an: yaitu pengetahuan lansung yang diperoleh Nabi dari Tuhan. Dasar pengetahuan ini ialah keyakinan.
2. Pengetahuan manusiawi (علم انساني, human science) atau falsafat. Dasarnya ialah pemikiran (ratio-reason)
Argumen-argumen yang dibawa Al-Qur’an lebih meyakinkan daripada argument-argumen yang ditimbulkan falsafat. Tetapi falsafat dan Al-Qur’an tak bertentangan, kebenaran yang diberitakan wahyu tidak bertentangan dengan kebenaran yang dibawa falsafat. Mempelajari falsafat dan berfalsafat tidak dilarang, karena teologi adalah bagian dari falsafat, dan umat islam diwajibkan belajar teologi.
Falsafat baginya ialah pengetahuan tentang yang benar (بحث عن الحق, knowledge of truth). Di sinilah terlihat persamaan falsafat dan agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik, falsafat itu pulalah tujuannya. Menurut Al-Kindi falsafat yang paling tinggi ialah falsafat tentang Tuhan. Sebagaimana katanya:
وَأسرَفُ الفَلسَفةِ وأعْلاهاَ مَرْتبَةً الفَلسفةُ الأُوْلى أعْنىِ عِلمَ الحَقِّ الأوَّلِ هُوَ عِلَّةُ كُلِّ حَقٍّ
“Falsafat yang termula dan tertinggi derajatnya adalah falsafat utama, yaitu ilmu tentang yang benar pertama, yang menjadi sebab bagi segala yang benar.”
Al-Kindi juga mempunyai pandangan tersendiri tentang pengetahuan manusia, menurutnya pengetahuan manusia itu pada dasarnya terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :
1. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera disebut Pengetahuan Inderawi.
2. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan akal disebut Pengetahuan Rasional.
3. Pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan disebut dengan Pengetahuan Isyraqi Atau Iluminatif.
C. Filsafat dan Agama Menurut Al-Kindi
Agama yang bersumber dari wahyu Ilahi mengandung kebenaran, dan kebenaran ini dituangkan untuk manusia. Filsafat juga mengandung kebenaran, kebenarannya didasarkan pada pencarian nalar manusia. Dengan demikian ujung dari keduanya ialah “kebenaran”. Filsafat mencari kebenaran dan agama membawa kebenaran. Namun demikian kebenaran agama tidak akan dirasakan kecuali oleh orang yang berakal. Oleh sebab itu kebenaran agama harus digali agar lebih jelas. Penggalinya ini dilakukan dengan menggunakan nalar filsafat. Bagi al-kindi kebenaran yang dibawa oleh agama lebih positif dan lebih meyakinkan daripada kebenaran filsafat, walaupun ia juga harus memakai filsafat untuk lebih memperjelasnya, tetapi pekerjaan itu hanyalah pekerjaan membuka selubung barang yang telah ada. Jadi, kebenaran yang hendak dicari oleh filsafat, akallah yang menjadi alat pencariannya, dan kebenaran yang dibawa oleh agama akal pulalah yang berfungsi untuk membuka tabirnya. Dengan demikian akal berfungsi dalam filsafat dan juga dalam agama.
Selanjutnya pembahasan yang paling tinggi dalam filsafat ialah pembahasan tentang masalah yang ada atau masalah kebenaran yang awal, yakni masalah ketuhanan. Sebab yang menjadi inti dari penggalian filsafat tidak lain ialah kebenaran. Kebenaran tidak akan sampai tuntas pembahasannya sebelum sampai kepada pokok dari segala kebenaran. Untuk itu filsafat berusaha keras untuk sampai kepada kebenaran pertama itu. Kebenaran pertama itulah Tuhan. Masalah ketuhanan digali dari berbagai jurusan, sehingga tampak dengan jelas kemutlakan-Nya, keadaan-Nya, keesaan-Nya dan sebagainya. Demikian pulalah dengan agama, di mana teologinya dengan dalil-dalil aklinya menetapkan tentang eksistensi Tuhan Yang Maha Mutlak itu. Demikianlah pandangan al-kindi tentang filsafat dan agama. Keduanya berjalan seiring, yang satu membutuhkan yang lain. Suatu kali al-kindi pernah mengatakan, bahwa siapa yang mengatakan filsafat ini bertentangan dengan agama berarti dialah yang tidak beragama.
Dengan ini tampak dengan jelas, bahwa al-kindi sangat mengagumi filsafat di samping kecintaannya kepada agama. Melihat jalan fikirannya dengan demikian tidak salah ada diantara ahli sejarah yang menganggap dia sebagai ahli ilmu kalam dari golongan mu’tazilah ketimbang sebagai filosof. Tetapi karena al-kindilah orang yang pertama Memperkenalkan buah fikiran filosof-filosof yunani serta memberikan analisa-analisa yang jelimet tentang dasar-dasar filsafat yunani itu, maka oleh sebagian besar pemikir islam menamakan dia sebagai filosof.
D. Karya Al-Kindi
Sebagai seorang filosof islam yang produktif, diperkirakan karya yang pernah ditulis Al-Kindi dalam berbagai bidang tidak kurang dari 270 buah. Dalam bidang filsafat, diantaranya adalah:
1. kitab Al-Kindi ila Al-Mu’tashim Billah fi al-Falsafah al-Ula (tentang filsafat pertama),
2. kitab al-Falsafah al-Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyah wa al Muqtashah wa ma fawqa al-Thabi’iyyah (tentang filsafat yang diperkenalkan dan masalah-masalah logika dan muskil, serta metafisika),
3. kitab fi Annahu la Tanalu al-Falsafah illa bi ‘ilm al-Riyadhiyyah (tentang filsafat tidak dapat dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan dan matematika),
4. kitab fi Qashd Aristhathalis fi al-Maqulat (tentang maksud-maksud Aristoteles dalam kategori-kategorinya),
5. kitab fi Ma’iyyah al-‘ilm wa Aqsamihi (tentang sifat ilmu pengetahuan dan klasifikasinya),
6. Risalah fi Hudud al-Asyya’ wa Rusumiha (tentang definisi benda-benda dan uraiannya),
7. Risalah al-Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah (sebuah tilisan filosofis tentang rahasia-rahasia spiritual), dan lainnya.


Bab III
Kesimpulan
Al-kindi nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Yakub ibn al-Shabbah ibn Imran ibn Muhammad ibn al-Asy’as ibn Qais al-Kindi. Al-Kindi adalah filosof islam yang mempercayai kepada kemampuan akal unuk memperoleh pengetahuan yang benar, Al-Kindi berupaya mempertemukan ajaran-ajaran islam pada filsafat Yunani.
Al-Kindi mempunyai pandangan tersendiri tentang pengetahuan manusia, menurutnya pengetahuan manusia itu pada dasarnya terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :
4. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera disebut Pengetahuan Inderawi.
5. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan akal disebut Pengetahuan Rasional.
6. Pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan disebut dengan Pengetahuan Isyraqi Atau Iluminatif.
Menurut Al-Kindi, pembahasan yang paling tinggi dalam filsafat ialah pembahasan tentang masalah yang ada atau masalah kebenaran yang awal, yakni masalah ketuhanan. Sebab yang menjadi inti dari penggalian filsafat tidak lain ialah kebenaran. Kebenaran tidak akan sampai tuntas pembahasannya sebelum sampai kepada pokok dari segala kebenaran. Untuk itu filsafat berusaha keras untuk sampai kepada kebenaran pertama itu. Kebenaran pertama itulah Tuhan. Pandangan al-kindi tentang filsafat dan agama adalah bahwa keduanya berjalan seiring, yang satu membutuhkan yang lain. Suatu kali al-kindi pernah mengatakan, bahwa siapa yang mengatakan filsafat ini bertentangan dengan agama berarti dialah yang tidak beragama.
Sebagai seorang filosof islam yang produktif, diperkirakan karya yang pernah ditulis Al-Kindi dalam berbagai bidang tidak kurang dari 270 buah. Dalam bidang filsafat, diantaranya adalah: kitab Al-Kindi ila Al-Mu’tashim Billah fi al-Falsafah al-Ula (tentang filsafat pertama), kitab fi Annahu la Tanalu al-Falsafah illa bi ‘ilm al-Riyadhiyyah (tentang filsafat tidak dapat dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan dan matematika),


Daftar Pustaka

Ali, Yunasril. Perkembangan Pemikiran Falsafi Dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1991.
Nasution, Harun. Falsafat Dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1999.
Nasution, Hasyimsyah. Dr.M.A. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2002.
Fuad Al-Ahwani, Ahmad. Dr. Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka Firadus. 2008.
Hanafi, Ahmad. MA. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.1996.
Http./sala/; Filsafat Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar